Jelang peringatan Hari Santri Nasional yang tinggal menunggu hari, publik masih dihebohkan dengan segala prasangka dan stigma yang disematkan terhadap model pendidikan ala pesantren.
Pro-kontra pun terus bermunculan di seluruh lini sosial media. Memang, sekalipun dalam sejarah pendidikan Indonesia, sistem ala pesantren menjadi peran utama dalam menyebarkan pendidikan model keagamaan dan nasional bagi masyarakat, pengaruhnya tidak banyak diperbincangkan dalam pergaulan intelektual masa kini.
Padahal dari sisi lain, sistem dan model pendidikan ala pesantren juga cukup kompetitif mencetak alumnus yang kompeten di beragam bidang. Faktornya memang, beberapa pesantren telah berkembang pesat dan mampu untuk secara bertahap menjawab tantangan zaman. Tak terkecuali di era globalisasi dan digitalisasi informasi saat ini.
Di SMP Al Furqan MQ proses penjawaban tantangan zaman ini juga tengah dirancang secara terus menerus dengan menanamkan landasan pembelajaran yang berlandaskan Al Quran dan STEM. Atau sederhananya, menggabungkan kaidah sains dengan kalam-kalam illahi di Alquran.
Tentu, keduanya tak hanya berhenti pada teori atau konsep semata. Tetapi juga sudah terlihat hasilnya, melalui ragam prestasi yang dicatatkan oleh para Santri SMP Al Furqan MQ. Baik di kompetisi sains tingkat daerah, nasional bahkan internasional. Dan juga kompetisi lainnya, sebagaimana di kompetisi Lomba Keagamaan SMP se Kabupaten Jombang 2025, dimana SMP Al Furqan berhasil menempuhnya dengan mencatatkan 8 prestasi di beberapa cabang lomba.
Dari upaya-upaya dan kerja keras antara guru, dukungan orangtua, dan motivasi para santri inilah, stigma yang sedang berkembang terhadap dunia pesantren saat ini bisa ditepiskan. Bilamana masih ada kesangsian. Mari kita ajukan satu pertanyaan sederhana. Bagaimana bisa SMP Al Furqan MQ bisa terus aktif mencetak prestasi di pelbagai kompetisi ?.
Jawabannya ialah : sebab, iklim pembelajaran yang didukung tiga pilar pendidikan (guru, murid, orangtua/walisantri), telah mewujud dan berkembang positif.
Dan bisa kita bayangkan pula, bagaimana jika iklim pembelajaran di suatu sekolah tidak kondusif dan tanpa sinergi dari ketiga pilar pendidikan tersebut ? mungkinkah para siswa/santri termotivasi untuk menggembleng bakat minatnya ?.
Atau juga mungkinkah para siswa/santri diberlakukan sedimikian negatifnya seperti yang telah diberitakan miring oleh banyak media tanpa proses verifikasi ke sumbernya langsung ?
Oleh karenanya, persoalan yang menguji kredibilitas pendidikan ala pesantren saat ini memang mesti dibuktikkan dengan kerja keras dari guru, siswa/santri, dan walisantri. Sehingga sinergi ini bisa menjadi kekuatan sekaligus kontrol bagi sekolah dalam mengembangkan bakat minat siswa/santri di bidang Alquran maupun STEM.
Pun, di SMP Al Furqan MQ sinergi ini telah berjalan. Dan akhirnya apa yang distigmakan kepada pendidikan ala pesantren, mau tidak mau dijawab dengan memberikan bukti konkret berupa karya dan raihan prestasi yang memang ditujukan untuk mencetak para santri sebagai generasi intelektual Indonesia baik hari ini, esok, dan masa mendatang.




